Mengenal Wewehan saat Pandemi Koronavirus
Saat pandemi corona ini pemerintah menggelontorkan bantuan yang macam-macam bentuknya. Sampai-sampai saya sendiri tidak tahu jenisnya dan bentuknya. Ya... kan terdata sebagai sultan, sultan utang itu pasti. Hehehe...
Kekagetan saya
memuncak ketika di atas meja terdapat bungkusan kresek hitam yang saya buka berisi gula, mie Sedaap, minyak goreng, dan kopi Kapal
Api tut tut, siapa hendak turun? Lech
kok malah jadi nyanyi. Apakah ini bantuan dari pemerintah? Hal yang dapat
dipastikan ramashook dan ramungkin. Yang tidak habis pikir
jumlahnya bukan satu atau dua kresek,
melainkan lima kresek yang isinya
hampir sama.
Dengan bantuan
Detektif Conan, saya menelusuri dari mana kresek-kresek
ini berasal. Saya menyelidiki sepupu yang datang bersama anaknya. Lha dhilalah... ternyata kresek-kresek ini adalah wewehan dari para anak saudara ayah dan
ibu saya, sepupu.
Bukan karena
pandemi kami mendapatkan bantuan dari pemerintah wewehan, melainkan adat istiadat dan kebudayaan yang telah
diwariskan oleh nenek moyang. Wewehan merupakan
makanan yang diberikan ke sanak saudara atau orang lain pada hari-hari tertentu
dan dengan maksud tujuan tertentu.
Secara umum,
jika dilihat dari bentuknya, wewehan
dapat dibagi menjadi dua macam yakni wewehan
mentahan dan wewehan matengan. Weweahan mentahan merupakan barang yang
diberikan dalam bentuk mentah. Ya sebenarnya tidak mentah-mentah amat. Misalnya
gula, kopi, teh, minyak goreng, mie Indomie Sedaap, biskuit, dan sirup.
Kalau wewehan matengan itu adalah
barang yang sudah siap emplok pada
saat diberikan. Kebanyakan wewehan
matengan berupa nasi, jangan ireng
iwak pitek, dan kerupuk opak. Kalau yang memberi sedang ada rezeki lebih
bisa ditambah biskuit atau pisang satu cengkeh.
Wewahan dapat mempererat persaudaraan.
Ya siapa juga yang tidak baik kalau dikasih wewehan
terus. Wewehan dapat mengingat sanak
saudara itu dari klan yang mana. Seperti kejadian yang saya alami, ada orang
yang memberikan wewehan untuk
keluarga kami. Saya tidak tahu ada kekerabatan apa sehingga dia memberikan wewehan. Setelah memperdalam
penyelidikan. Bapak menjelaskan bahwa dia adalah dari Klan Uchiha anak
dari saudara mbah saya yang tidak memiliki saudara. Jadi dia telah menganggap
bapak saya sebagai saudaranya juga.
(Gambar: Dokumentasi Pribadi) |
Membagikan wewehan bisa bergantung pada maksud dan
tujuannya. Seperti yang saya jelaskan di atas, jenis wewehan riyoyo, hanya diberikan kepada saudara orang tua kita dan
diberikan pada kakek nenek. Misal saja saudara ayah dan ibu berjumlah sepuluh
maka kita juga menyiapkan dua belas bungkus wewehan,
sepuluh untuk saudara ayah ibu dan dua untuk kakek nenek dari ayah dan ibu.
Jadi kalau saudara orang tua kita banyak ya siap-siap saja Beb. Mungkin istilah
“banyak anak banyak rezeki” bisa diterpakan di sini. Hehehe.
Ada berbagai
jenis wewehan yang mesti disalurkan
kepada yang berhak menerimanya. Berikut rinciannya.
1.
Wewehan
Riyoyo
Wewehan yang diberikan menjelang hari
lebaran dan dilakukan setahun sekali, dilakukan sekali saja sudah membuat
kantong menjerit. Bentuk wewehan,
pemberi, serta penerimanya sudah saya jelaskan di atas. Wewehan ini bisa berupa mentahan
atau matengan. Dengan
perkembangan zaman, keponakan bapak yang milenial, wewehan bisa berupa jajanan lebaran atau sirup marjan.
2.
Wewehan
Jemah Wage
Wewehan ini dilakukan sebualan sekali
yang bertepatan dengan hari Kamis malam Jumat Wage, tapi hanya dilakukan
ketikan panen. Penerimanya pun hanya sedikit, orang tua (bapak ibu), kakek
nenek, dan besan. Bentuknya pun hanya wewehan
matengan. Jika Bebeb punya tetangga baik hati bisa kebagian jangan yang isinya kepala atau ceker
ayamnya saja.
3.
Wewehan
Nyadran
Wewehan ini sama halnya dengan wewehan riyoyo, melainkan bentuknya
hanya berupa matengan saja. Wewehan nyadran hanya dilakukan setahun
sekali yang bertepatan dengan ulang tahun kampung.
4.
Wewehan
Duwe Gawe/Hajatan
Wewehan yang dilakukan ketika punya
hajatan, bisa sunatan, pernikahan, dan ulang tahun. Penerimanya pun tetangga di
sekeliling rumah dan yang membantu pelaksanaan hajatan. Jadi Bebeb jangan khawatir, hanya wewehan ini yang mendatangkan amplop yang berisi uang dan beras
berkilo-kilo sebagai gantinya. Ya ‘kan mengadakan hajatan masa ya nggak buwoh.
5.
Wewehan
Mikat Mantu
Wewehan inilah Beb yang penuh dengan maksud dan tujuan, wewehan mikat mantu. Dilihat dari namanya saja sudah sangar. Seperti yang saya
katakan, wewehan ini hanya dilakukan
ketika yang memberi bermaksud ingin menjadikan sasarannya menjadi menantu. Dengan
tujuan agar sasarannya tidak mudah berpaling. Biasanya kalau di daerah saya,
sebagian kabupaten Lamongan, yang memberi wewehan
adalah pihak perempuan. Ya Bebeb tahu sendirilah, kami kaum Adam di Lamongan
sebagai kaum yang dilamar. Asalkan Bebeb tahu,
menjadi orang yang dilamar itu tidak menyenangkan. Lain kali bisa saya bagikan
pengalaman saya, kenapa tidak enak menjadi kaum yang dilamar?
Bagi
saya penerus budaya weweh-meweweh,
memberikan wewehan merupakan hal yang
wajib. Karena sangsi masyarakat lebih kejam, Beb. Bisa-bisa nama saya bisa
tersebar seantero penjuru kampung dengan sangat cepat jika tidak
menjalankannya.
Komentar
Posting Komentar