Berkenalan dengan Pinara Pitu dan Mira MM Astra
(Sumber Poto: https://penerbitgambang.com/product/pinara-pitu/) |
Pinara Pitu adalah sebuah buku antologi puisi yang mempertemukan saya dengan Mira MM Astra. Seorang penyair dan penulis puisi dari pulau dewata, Bali. Salah satunya lagi, karena saya mengikuti mata kuliah penulisan kreatif. Di mata kuliah itu saya dan teman-teman kelas 5C beserta Bapak Dosen ingin mendatangkan sebuah penulis puisi untuk memberi stimuus agar kami bisa terinspirasi tetap menulis. Akhirnya itu terkabulkan dengan datangnya Mira MM Astra di Universitas Trunojoyo Madura. Tetapi yang membuat saya bertemu dengan Mira MM Astra adalah buku antologi puisi Pinara Pitu.
Imajinasi
saya tentang seoang penulis perempuan adalah wanita yang cantik, bersih,
memiliki wajah yang selalu terbungkus dengan bedak atau mungkin yang selalu
dengan lipstik merahnya atau bahkan yang selalu tercium aroma wewangian mawar,
melati atau casablangka. Mungkin sepeti Dee Lestari, Ayu Utami, dan Dorothea
yang belum pernah saya temui. Mira MM Astra yang biasa dipanggil Mira ini
memang cantik tetapi kecantikn yang sederhana yang jarang dimiliki oleh orang lain, mungkin
cantik a apa adanya. Dia selalu terlihat dengan sederhana, tanpa bedak dan
lipstikyang terlihat jelas tetapi tetap cantik. Selalu tercium aroma dupa yang
wangi bukan minyak wangi dari Paris.
Dengan
cerita latar belakang Mira yang paling mengejutkan adalah dia seorang keturunan
darah biru. Dia masih masuk dalam silsilah dari orang pertama yang di utus
untuk pergi ke Bali. Dan yang baru saya ketahui juga waktu bedah buku dia
merupakan lulusan Ceko.
Yang
masih saya ingat tenang proses kreatif bersama Mira adalah, carilah seorang
penulis puisi yang bisa mengajakmu tetap terus berproses. Dari situ akan
mendapat masukan tentang tulisan yang telah dibuat. Dengan masukan-masuakan itu
akan membuat tulisan kita lebih bermutu dan lebih mumbuat senang.
Setelah
itu carilah goa untuk berproses, dan pada waktunya nanti juga harus keluar goa.
Dari yang diucapkan oleh Mira tentang goa ini saya persepsikan goa komunitas
yang berkecimpung dengan dunia tulis menlis. Atau mungkin goa ruangan yang kita
tenang untuk menulis dan suatu saat kita akan keluar dari ruangan itu untuk
mempertanggung jawabkan tentang tulisan yang telah dibuat.
Rahmad Darmajat J. Samudro
pend. Bahasa Sastra Indonesia, FIP, UTM
Komentar
Posting Komentar