Seni Teater: Sebuah Catatan Harian Panieka dalam Naskah Lautan Bernyanyi, PBSI FIP UTM
CATATAN HARIAN SENI TEATER
Naskah Lautan Bernyanyi karya Putu
Wijaya
Rahmad
Darmajat J. Samudro
Sebagai
PANIEKA
2017
Catatan ini berawal ketika dramatik
reading selesai. Dengan hasil dramatik reading yang kurang menyenangkan karena
kurangnya proses, semua aktor pada saat itu berkomitmen untuk rutin melakukan
proses bersama.
Keesokan
harinya kami semua aktor kesepakatan utuk latihan di halaman gedung pertemuan.
Di sebelah pojok timur utara. Tempat biasa yang buat kita bertemu untuk latihan
dan diskusi tentang poperti. Setelah semua sms menyebar untuk melakukan latihan
pukul 15.00 WIB. Sampai pukul 15.30 WIB belum ada yang datang hanya beberapa
aktor yang datang. Dengan terpaksa kita melakukan latihan dengan aktor yang ada
saja.
Dengan
tidak hadirnya beberapa teman-teman aktor pada latihan kemarin. Kami semua
membuat kesepakatan untuk latihan di gedung laboratorium. Ini bukan hanya
latihan yang kita sepakati ber sama akan tetapi juga perkulihan. Setelah UTS
dengan dramatik reading. Perkulihan kami perkelompok diubah. Bergantung
kesepakan kelompok masing-masing. Kelompok kami Lautan Bernyanyi sepakat untuk
mengganti kuliah pada hari minggu pukul 08.00 WIB bertempat di taman kampus
atau dan laboratorium baru. Setelah kesepakatan itu diambil pada pertemuan pertama
Bapak Set Wahedi tidak bisa hadir, tapi diganti hari jumat pukul 06.00 WIB
bertempat di taman kampus sebelah barat gedung cakra. Kami latihan sampai pukul
09.00 WIB. Pada pertemuan pertama itu saya terlambat. Langsung saya masuk dalam
barirasan lingkaran. Langsung itu pun saya disuruh menghitung sampai 100. Pada
latihan yang diganti itu dari 8 aktor, hanya 5 aktor saja yang datang. 3 aktor
lainya berhalangan hadir. Mungkin ada kesibukan lainnya yang tidak bisa untuk
ditinggal.
Kami
membuat kesepakatan lagi untuk melakukan proses Lautan Bernyanyi. Naskah dari
Putu Wijaya yang cukup panjang. Kami menyebar sms lagi untuk jajian berkumpul
dan proses di gedung laboratorium baru. Semua sepakat kita berkumpul setelah
sholat dzuhur. Setelah dzuhur hanya beberapa aktor yang datang. Lama kami
menunggu sampai pukul 13.30 WIB. Hanya 1 aktor Lautan Bernyanyi yang tidak
datang. Langsung kami lakukan proses siang itu tampa hadirnya 1 aktor.
Kesepakat
demi kesepakan telah kami buat untuk bisa latihan lengkap 8 aktor. Akan tetapi
hal itu sulit terwujud. Seingat saya kami proses penuh – berangkat dan pulang
bersama dengan mengadegankan naskah Lautan Bernyanyi dari awal sampai ending-
tidak lebih dari sembilan kali. Yang pertama sebelum UTS dan yang lainnya dua
minggu sebelum pementasan berlangsung. Sangat sulit untuk mengumpulkan 8 aktor
dari Lautan Bernyanyi karya Putu Wijaya.
Pementasan
kurang dua minggu kami ngebut proses dan hafalan naskah. Masih ada beberapa
aktor yang belum hafal naskahnya. Panjang dialog dan sering berdialog, itulah
hal sulit bagi aktor-aktor yang belum hafal naskah. Sampai hari pementasan pun
ada aktor yang belum hafal naskah. Akhirnya kami tempel naskah-naskah di
panggung untuk membantu aktor-aktor yang belum hafal naskah. Semua sisi
panggung ada lembaran-lembaran naskah yang tertempel.
Setelah
pementasan selesai saya hanya bisa merasakan canggung. Semua saya rasa kurang.
Keaktoran, hafalan, alur cerita, poperti, kostum, dan pencahayaan. Saya tidak
merasakan sebuah kepuasan setelah melakukan pementasan ini. Saya hanya bisa
merasakan bahwa saya telah bisa melawan rasa ketakutan. Ketakutan akan tidak
hafal naskah, ketakutan yang nantinya membuat drama Lautan Brnyanyi ini di
hentikan, dan ketakutan-ketakutan lainnya. Saya masih belum bisa merasakan
sebuah kepuasan seperti saya menjadi seorang prajurit dalam naskah Chiken Joyo
Kingdom karya Safif Keplek.
Ini
tentang diri saya yang menjadi Panieka. Orang yang suka mabuk dan bermain
perempuan. Dalam naskah ini saya yang membawa sebuah malapetaka untuk kapten Leo
dan Comol.
Dalam
mendalam sebagai seorang yang dipanggil Panieka sangatlah gampang, sangatlah
sulit. Dalam memahami dialog dari seorang Panieka itu mudah bagi saya. Akan
tetapi tubuh ini sangat kesulitan untuk menjadi seorang Panieka. Tubuh ini
seakan memberontak jika saya mengaktingkan seorang Panieka.dari gerak tubuh
itulah yang sangat menylitkan saya menjadi seorang Panieka.
Terima
kasih saya ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah seni teater yang telah
menambah pengalaman saya dalam dunia teater. Dan teman-teman aktor, manajemen
dan pak sutradara yang bisa memahami kesibukan kami masing-masing. Dalam sebuah
kerja keras pasti akan ada imbalan yang sesuai. Kepuasan. Kepuasan dalam
menampilkan sebuah pementaan, yang membuat untuk datang masa kapan kita pentas
lagi Lautan Bernyanyi?
|
Komentar
Posting Komentar